LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DI PT PERTAMINA EP
ASSET 1 FIELD RANTAU
Kuala Simpang
– Aceh Tamiang
04
September 2017– 29 September 2017
“PERENCANAAN
PEMASANGAN LAMPU EMERGENCY PADA MENARA HOITS PT PERTAMINA EP FIELD RANTAU”
Disusun Sebagai Salah Satu
Syarat Untuk Menyelesaikan Kurikulum Semester V Program Studi Teknik Elektronika Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Lhokseumawe
Disusun Oleh :
AGUS SALiM
NIM : 1420401002
PROGRAM STUDI D- III TEKNIK ELEKTRONIKA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
2017
LEMBAR
PENGESAHAN
KERJA
PRAKTEK LAPANGAN
Kuala Simpang – Aceh Tamiang
04
September 2017 – 29
September 2017
PERENCANAAN PEMASANGAN LAMPU EMERGENCY
PADA MENARA HOITS PT PERTAMINA EP FIELD RANTAU
LAPORAN INI TELAH
DIKETAHUI, DISETUJUI
DAN DISAHKAN OLEH :
HASROL NUR
MENTOR
MENGETAHUI,
Hasrol
Nur
Electrical & Instrument Supervisor
Irwan
Rizaldi Djaafar
RAM Assistant Manager
HASROL NUR
MENTOR
Hasrol
Nur
Electrical & Instrument Supervisor
Electrical & Instrument Supervisor
Irwan
Rizaldi Djaafar
RAM Assistant Manager
POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM
STUDI TEKNIK ELEKTRONIKA
LEMBAR PENILAIAN KERJA PRAKTEK (KP)
NAMA : AGUS SALIM
NIM : 1420401002
JUDUL LAPORAN : PERENCANAAN
PEMASANGAN LAMPU EMERGENCY PADA
MENARA HOIST DI PT PERTAMINA EP FIELD RANTAU
PENILAIAN PERUSAHAAN
1.
Keaktifan
a. Inisiatif (0-100)
b. Kerja Sama (0-100)
c. Disiplin (0-100)
d. Pengetahuan Dasar (0-100)________
e. Komentar
Lain (0-100)
2.
Laporan Kerja Praktek
Nilai Rata-Rata (0-100)
Kuala Simpang, 02
Oktober 2017
Mengetahui
HASROL NUR
Mentor
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
LEMBAR PENGESAHAN JURUSAN
DAFTAR
NILAI
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1.3 Batasan Masalah
1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1.5 Tata Tertib Kerja Praktek
1.6 Metode Pengumpulan Data
1.7 Sistematika Penulisan
BAB II
PROFIL
PERUSAHAAN
2.1 Sejarah PT. PERTAMINA EP Asset 1 Rantau Field
2.2 Visi, Misi dan Tata Nilai PT. PERTAMINA EP
2.3 Lokasi Dan Daerah Operasi
2.4 Kegiatan Operasi
2.5 Eksplorasi
2.5.1 Eksploitas
2.5.1 Produksi
2.6 Sarana Penunjang operasi produksi
2.6.1 Struktur Organisasi dan Formasi Pekerja
2.6.2 Organisasi Pendukung
2.7 Kebijakan QHSSE PT. PERTAMINA EP Asset 1 Rantau Field
BAB III
KEGIATAN SELAMA
KERJA PRAKTEK
4.1 Pumping
4.1 Pompa Triplex
4.1 Rig Pengeboran
4.1 Sistem Tenaga Listrik di PT
PERTAMINA Ep.Field Rantau
BAB IV
LANDASAN TEORI
4.1 Deskripsi Lampu
Emergency
4.1.1 Jenis Jenis Lampu Emergency
4.1.3 Fungsi Umum Generator Set pada Area Industri
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
ABSTRAK
Pada laporan ini penulis membahas tentang Perencanaan
pengadaan Lampu Emergency pada menara Hoist Di PT Pertamina Field Rantau
Prinsip kerja rangkaian lampu emergency ini adalah
mengubah tegangan DC menjadikan AC, rangkaian ini berfungsi pada saat
aliran listrik dari genset terputus. tegangan
12VDC yang di switchingkan secara cepat oleh IC LM308. Pada rangkaian terdapat 2 Buah batterey 12V. untuk input trafo menggunakan 12 VAC tetapi semakin kecil nilai
tegangan trafo tegangan AC yang dihasilkan semakin besar. dengan menggunakan
trafo 10 A CT. Hasil dari rangkain ini dapat menyalakan 14
buah Lampu TL Dengan besar satuan 60W.
Beban = 60W x 14
Arus = W / V
Arus = 840/220V
Arus = 3,81 Amper
. Apabila Sumber dari genset kembali
nyala (on), maka rectifier akan mengisi batterai
dan lampu power listrik
diperoleh dari genset.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara yang sedang berkembang dengan jumlah penduduk yang relatif
padat dan termasuk negara dengan penduduk yang besar di dunia. Dimana dalam
pelaksanaan pembangunan disegala bidang dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup
masyarakatnya, sangat membutuhkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas.Sehingga
jumlah penduduk yang besar tersebut dapat dijadikan sebagai aset yang menguntungkan
bagi negara. Dalam rangka peningkatan Sumber Daya Manusia yang berkualitas,
diharapkan mahasiswa sebagai penduduk yang terpelajar dapat mengembangkan ilmu
pengetahuannya. Namun ilmu pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah umumnya
bersifat akademis dan teoritis sehingga diperlukan suatu kerja praktek
kelapangan yang nantinya dapat menunjang dalam persaingan mencari pekerjaan
khususnya di dunia perminyakan.
Kerja
praktek ini merupakan mata kuliah prasyarat yang harus dipenuhi untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma III Jurusan Elektro Prodi Elektronika Industri
Politeknik Negeri Lhokseumawe.Penulis memilih PT. Pertamina EP Asset 1 Field
Rantau Indonesia karena merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi minyak
dan gas bumi. Fungsi Reliability Availability Maintenance (RAM) PT.Pertamina EP
Asset 1 Field Rantau adalah salah satu bagian penting dari sistem manajemen di
PT.Pertamina EP Asset 1 Field
Rantau, Fungsi Reliability Availability Maintenance (RAM) memiliki
tugas utama yaitu
menjaga kehandalandan memelihara semua peralatan di dalam proses
produksi minyak agar dapat berjalan secara maksimal. Peralatan-peralatan yang
menjadi perhatian antara lain adalah peralatan-peralatan produksi, seperti
Crude Oil Tank, Separator, Scrubber, dan Header manifold. Fungsi Pemeliharaan
berperan di dalam tugas fungsi RAM melakukan pemeliharaan sehingga peralatan
produksi yang ada diatas tanah (Surface
Facility) terjaga keandalannya, selalu tersedia dan dapat digunakan
peralatan-peralatan produksi.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Pelaksanaan dari
Praktek Kerja Lapangan ini bertujuan untuk:
1. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk mengenal dan mengetahui secara langsung tentang instansi sebagai salah satu penerapan disiplin dan pengembangan karir. Ketika di lapangan melaksanakan praktek kerja, mahasiswa dapat menilai tentang
pengembangan dari ilmu yang
mereka miliki.
2.
Agar Praktek Kerja Lapangan menjadi media pengaplikasian dari teori yang
diperoleh dari bangku kuliah ketempat kerja.
3.
Memperoleh wawasan tentang dunia kerja yang diperoleh di lapangan. Mahasiswa akan merasakan secara langsung perbedaan antara teori di kelas dengan yang ada di lapangan. Praktek Kerja Lapangan sangat membantu mahasiswa dalam meningkatkan pengaaman kerja sehingga dapat menjadi tenaga kerja professional nantinya.
4.
Lebih dapat memahami konsep konsep non akademis di dunia kerja. Praktek kerja lapangan akan memberikan pendidikan berupa etika kerja,disiplin,kerjakeras,profesionalitas
dan lain-lain.
1.3 BatasanMasalah
Batasan masalah dan ruanglingkup dari
dilaksanakannya Kerja Praktek ini adalah:
1.
Pengenalan terhadap dunia industri serta
beberapa masalah yang terjadi di PT. Pertamina EP Asset 1 Field Rantau terutama
yang berkaitan dengan pemeliharaan (maintenance).
2.
Mempelajari
sistem penerangan listrik pada Hoist FC III di PT. Pertamina EP Asset 1 Field
Rantau
3.
Gangguan yang terjadi pada penerangan
Hoist FC III Rantau Field.
1.4
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Kerja
Praktek ini dilaksanakan di Hoist FC III PT. Pertamina EP Asset 1 Field Rantau,Aceh
Tamiang. Kerja Praktek ini dilaksanakan dari tanggal 1 Agustus 2017 sampai
31Agustus 2017
.
1.5 Tata
Tertib Kerja Praktek
Tata tertib kerja praktek antara lain:
a) Berada ditempat kerja pukul
07.00 – 16.00 WIB. Istirahat 1 jam daripukul 12.15 – 13.00 WIB.
b) Berpakaian sesuai dengan
standart keamanan kerja perusahaan, dengan menggunakan helm proyekdan sepatu.
c) Memberitahukan
pembimbing apabila hendak meninggalkan tempat praktek.
d) Mengajukan suatu pertanyaan, apabila mendapatkan masalah dalam melaksanakan
kerja praktek
1.6
Metode Pengumpulan Data
Metode
pengumpulan data yang digunakan di dalam pelaksanaan kerja praktek ini adalah
sebagai berikut :
a. Mengumpulkan
data melalu isumber buku-buku, baik yang tersedia di PT Pertamina EP Field Rantau maupun buku-buku
dari luar.
b. Mengumpulkan data dengan
mengajukan pertanyaan kepada pembimbing maupun karyawan yang ahli pada suatu
bidang.
1.7
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada laporan kerja
praktek ini berisikan enam bab dengan uraian adalah sebagai berikut
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi
uraian mengenai latar belakang, tujuan, batasan masalah, tempat dan waktu
pelaksanaan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
BAB II PROFIL PERUSAHAAN
Bab ini
berisi uraian mengenai sejarah, visi dan misi, lokasi kegiatan operasi,
kegiatan operasi, dan juga struktur organisasi dan formasi pekerja.
BAB
III HASIL PENGAMATAN KERJA LAPANGAN
Bab
ini membahas mengenai proses hasil praktek kerja lapangan dan hasil pengamatan
yang telah dipelajari selama praktekdi PT.PERTAMINA FIELD RANTAU
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini
berisikan teori tugas khusus, informasi, serta penjelasan cara starting overload
dan kontaktor motor
induksi 3 phasa
BAB V PENUTUP
Bab ini mengenai
kesimpulan dan saran-saran
BAB
II
PROFIL
PERUSAHAAN
2.1.
Sejarah Singkat
Dalam
perkembangan sejarah pertambangan dan industri perminyakan di bumi Nusantara,
PT. PERTAMINA EP Asset 1 Rantau Field yang berkedudukan di Kecamatan Rantau,
Kabupaten Aceh Tamiang, Provinsi Aceh, sekitar 142 km Barat Laut Kota Medan, 62
km dari Pangkalan Berandan dan 9 km dari Kuala Simpang (Ibu Kota Kabupaten Aceh
Tamiang). Penemuan ladang minyak pertama di Indonesia di daerah konsesi
perkebunan Telaga Said dari Sultan Langkat, yang disebut dengan Telaga Tunggal
di Daerah Pangkalan Berandan, yang ditemukan oleh A. J. Zijlker pada Tahun
1928. Awal penemuan ladang minyak di Daerah Aceh Timur dilakukan oleh BPM,
yaitu sebuah Perusahaan Belanda. Perusahaan itu melakukan pengeboran di Daerah
Rantau pada sumur R-1 (Desember 1928), pengeboran ini dilakukan hingga
kedalaman 340 m, dan pada Bulan Februari 1929 pengeboran selesai dilakukan
dengan produksi minyak sebesar 856 BOPD.
Keberhasilan
pengeboran pada sumur R-1 kemudian dilanjutkan dengan pengeboran kedua pada
sumur R-2 yang selesai dilakukan pada Bulan Mei 1929 dan menghasilkan minyak
pada kedalaman 290 m sebanyak 105 m3/hari. Selanjutnya dilakukan
pengeboran lagi pada sumur-sumur berikutnya, sehingga pada masa BPM telah
dilakukan pengeboran sumur minyak sebanyak 173 sumur.
Pada
Tahun 1954, Pemerintah Indonesia menggabungkan lapangan-lapangan minyak yang
ada di Sumatera Utara (Langkat) dan Aceh (Aceh Timur) di bawah satu perusahaan
yang diberi nama Perusahaan Tambang Minyak Sumatera Utara. Selanjutnya pada
Bulan Oktober 1957 menjadi PT. ETMSU yang berkedudukan di Pangkalan Berandan.
Sedangkan lapangan-lapangan minyak yang ada di Daerah Aceh Timur ditempatkan di
bawah pengawasan Kepala Lapangan Eksplorasi dan Produksi Rantau. Pada Tanggal
10 Desember 1957, PT. ETSMU berubah nama menjadi Perusahaan Negara Pertambangan
Minyak Nasional.
Pada
Tahun 1960, melalui kerja sama dengan sebuah Perusahaan Swasta Jepang, North Sumatera Oil Development Company.
Disepakati peminjaman kredit US$ 53 Juta dalam bentuk perlengkapan, mesin-mesin
produksi, material, bantuan teknik, dengan jangka waktu pembayaran selama 10
tahun yang dibayar dengan minyak mentah. Dengan adanya bantuan kredit ini maka
Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Nasional melakukan rehabilitas terhadap
sarana dan prasarana produksi serta pengembangan struktur-struktur MIGAS yang
baru. Melalui kerjasama dengan North
Sumatera Oil Development Company tersebut, maka Perusahaan Negara
Pertambangan Minyak Nasional berkembang dengan pesat dan produksi minyak di
Lapangan Rantau terus meningkat, sehingga pada Tahun 1971 produksi minyak
mencapai 350.000 BOPD.
Dengan
adanya peningkatan produksi tersebut, maka pada Tahun 1972 Lapangan Rantau
dapat melaksanakan pembangunan dan perluasan perumahan karyawan di Komplek
Rantau, Tanjung Seumentok, Serang Jaya dan Pangkalan Susu serta pembangunan
fasilitas penunjang lainnya. Seiring dengan meningkatnya produksi minyak,
produksi gas juga mengalami peningkatan. Jika sebelumnya produksi gas langsung
dibakar melalui flare, maka pada
Tahun 1966 dimulai pembangunan Kilang LPG di Komplek Rantau, yang beroperasi
tahun 1969 dengan kapasitas produksi sebesar 30.200 MMscfd LPG. Pada Tahun
1971, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 8 yang mengatur agar pengelolaan minyak
dan gas bumi berada dibawah satu BUMN yang bernama PERTAMINA.
Seiring
dengan kegiatan EP MIGAS yang terus-menerus, kapasitas produksi MIGAS di
PERTAMINA EP Rantau mulai mengalami penurunan akibat dari menurunnya produksi
minyak pada sumur-sumur yang menyemburkan minyak secara alami. Untuk
meningkatkan produksinya maka PERTAMINA EP Rantau mulain menggunakan teknik
semburan buatan dengan cara memasukkan gas (injeksi gas) ke dalam sumur-sumur
produksi, sehingga pada Tahun 1985 di bangun Stasiun Kompresor Tekanan Tinggi
di Tanjung Seumentok untuk menaikkan tekanan gas injeksi. Penurunan produksi
juga terjadi pada produksi gas, sehingga jumlah gas hanya mencukupi untuk
injeksi sumur dan keperluan utilitas. Sehingga pada awal Tahun 1998, LPG Plant ditutup.
PT Pertamina EP adalah perusahaan
yang menyelenggarakan kegiatan usaha di sektor hulu bidang minyak dan gas bumi,
meliputi eksplorasi dan eksploitasi. Di samping itu, Pertamina EP juga
melaksanakan kegiatan usaha penunjang lain yang secara langsung maupun tidak
langsung mendukung bidang kegiatan usaha utama. Wilayah
Kerja (WK) Pertamina EP seluas 140 ribu kilometer persegi merupakan limpahan
dari sebagian besar wilayah kuasa pertambangan migas PT PERTAMINA (PERSERO).
Pola pengelolaan usaha WK seluas itu
dilakukan dengan cara dioperasikan sendiri (own operation) dan kerja sama dalam
bentuk kemitraan, yakni Joint Operating Body Enhanced Oil Recovery (JOB-EOR)
sebanyak tiga kontrak dan Technical Assistant Contract (TAC) sebanyak 33
kontrak. Jika dilihat dari rentang geografinya, Pertamina EP beroperasi hampir
di seluruh wilayah Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.WK Pertamina EP
terbagi ke dalam 5 Asset, yakni sebegai berikut :
No
|
Asset 1
|
Asset 2
|
Asset 3
|
Asset 4
|
Asset 5
|
1
|
Rantau
Field
|
Prabumulih
field
|
Subang
Field
|
Cepu
Field
|
Sangatta
Field
|
2
|
Pangkalan
susu field
|
Pendopo
field
|
Jatibarang
Field
|
Poleng
Field
|
Bunyu
Field
|
3
|
Lirik
field
|
Limau
Field
|
Tambun
field
|
Matindok
field
|
Tanjung
Field
|
4
|
Jambi
field
|
Adera
Field
|
Sangasanga
Field
|
||
5
|
Ramba
field
|
Tarakan
Field
|
|||
6
|
Papua
Field
|
Tabel 2.1. Asset PT.Pertamina EP
Disamping pengelolaan WK tersebut,
pola pengasahaan usaha yang lain adalah dengan model pengelolaan melalui
proyek-proyek, antara lain:
·
Pondok makmur development project dijawa
barat
·
Paku gajah development project
disumatera selatan
·
Jawa gas development project dijawa
tengah
·
Matindok gas development project di
sulawesi tengah
2.2
Visi, Misi dan Tata Nilai PT.
Pertamina EP Field Rantau Asset 1
2.2.1
Visi
Menjadi
perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi kelas dunia
2.2.2
Misi
Melaksanakan
pengusahaan sektor hulu minyak dan gas penekanan pada aspek komersial dan
operasi yang baik serta tumbuh dan berkembang bersama lingkungan hidup.
2.2.3
Tata Nilai
- Clean
:
Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak
mentolerasi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas, berpedoman
pada asas-asas tata kelola korporas yang baik.
- Competitive : Mampu berkompetisi dalam skala
regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi,
membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja.
- Confident : Berperan dalam pembangunan
ekonomi nasional menjadi pelopor dalam reformasi BUMN dan membangun
kebanggan bangsa.
- Customer
Focused : berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan
- Commercial
: Menciptakan nilai tambah dengan
orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip
bisnis yang sehat.
- Capable : Dikelola oleh pemimipin dan
pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis
tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan.
2.3
Lokasi Dan Daerah Operasi
Field
Rantau merupakan satu dari enam daerah Eksplorasi Produksi yang termasuk dalam
kawasan Asset 1, bergerak dalam bidang eksplorasi produksi minyak bumi. PT
Pertamina EP Asset 1 Field Rantau berkedudukan di Rantau Aceh Tamiang, sekitar
40 km sebelah timur kota Langsa yang merupakan perbatasan antara provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam dengan Sumatera Utara. Wilayah kerja Pertamina EP Asset 1 Field
Rantau terbagi atas Distrik I dan Distrik II:
1. Wilayah kerja
distrik I meliputi Lapangan Rantau dan Tanjung Seumentok, dengan 5 Stasiun Pengumpul yakni SP I, SP IV, SP V,
SP VII, SP VIII.
2. Wilayah
distrik II yang terdiri dari Lapangan Serang Jaya, Kuala Simpang, Kuala Dalam,
Sungai Buluh dan Prapen, dengan 5 Stasiun Pengumpul (SP) minyak yakni SP X, SP
XII, SP XIII, SP XV, SP XVII.
Minyak dari distrik I dan II dipompakan ke Pusat Penampungan Produksi (PPP) di Rantau dan selanjutnya dipompakan ke Pangkalan Susu untuk dikapalkan
Gambar 2.1. : Peta Daerah Operasi
Berdasarkan
luas operasi dan kondisi geografis yang ada serta pertimbangan efisiensi dalam
pengoperasian, maka PT. Pertamina EP Asset 1 Field Rantau membagi lokasi daerah
operasi menjadi beberapa wilayah kerja :
- Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam terdiri
atas:
1.
Kabupaten Aceh Tamiang yang meliputi
Ø Rantau
Ø Kuala
Simpang Barat
Ø Kuala
Simpang Timur (Kemitraan)
2.
Kabupaten Aceh Timur yang meliputi
Ø Peureulak
Ø East
Aceh Offshore (TAC)
- Provinsi
Sumatera Utara yang terdiri atas :
1. Kabupaten Langkat yang meliputi
Ø Serang
Jaya
Ø Prapen
Ø Kuala
Dalam
Ø Sungai
Buluh
Ø Bukit
Tiram
Ø Pematang
Pang
Ø Kuala
Simpang Timur (20%)
Semasa
masih bernama PT Pertamina (Persero) daerah Operasi Hulu Nanggroe Aceh
Darussalam Sumbagut memiliki luas areal sekitar 20.493,42 km2 mulai dari Aceh
sampai Sumatera Utara. Namun setelah perubahan struktur organisasinya menjadi
PT Pertamina EP Asset 1 Field Rantau luas arealnya 4390 km2 di Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam khususnya Kabupaten Aceh Tamiang dan di Provinsi
Sumatera Utara Kabupaten Langkat. Offshore sekitar 76,93 km2 di blok East Aceh
yang dikelola TAC Medco Moeco Langsa.
2.4
Kegiatan Operasi
Secara
garis besar kegiatan operasi yang berlangsung di PT Pertamina EP Field Rantau ,
pengeboran, dan produksi sampai akhirnya menjadi minyak mentah yang disalurkan
ke Pangkalan Susu untuk pengapalan.
2.4.1 Eksplorasi
Kegiatan
eksplorasi PT Pertamina EP Asset 1 Field Rantau mencakup beberapa wilayah kerja
yang tersebar di 2 propinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara
dengan luas area keseluruhan adalah 4390 km2. PT Pertamina EP Field Rantau
Asset 1 memiliki 146 sumur yang hidup dan diproduksikan yang terdiri dari 6
sumur gas dan 140 sumur minyak (data tanggal 12 Februari 2014). Di luar itu PT
Pertamina EP Field Rantau Asset 1 memiliki sumur injeksi air 7 sumur untuk
mendukung program Enhanced Oil Recovery.
Selain itu PT
Pertamina
EP Field Rantau memiliki 850 sumur mati yang tidak dioperasikan dan berada
dalam kondisi ditutup, mati, idle, abandon. Pekerjaan eksplorasi yang pertama
mencakup penelitian geologi beserta pengeboran sumur dan penelitian seismic.
Aktivitas eksplorasi memainkan peran penting untuk menjaga tingkat cadangan
minyak dan gas serta mencegah penurunan produksi. Inovasi baru dan strategi
yang cerdas dibutuhkan untuk meningkatkan keberhasilan eksplorasi.
Strategi
Pertamina untuk keberhasilan eksplorasi adalah :
ü Membuka
peluang dan menciptakan lingkungan yang kreatif.
ü Mengaplikasikan
konsep-konsep baru.
ü Mengaplikasikan
teknologi maju.
ü Berani
mengambil risiko atas keputusan manajemen.
Untuk
mempertahankan tingkat keberhasilannya, PT Pertamina EP Field Rantau terus
memanfaatkan teknologi canggih, serta menggunakan peralatan dan perlengkapan
yang mutakhir di bidang eksplorasi. Hingga saat ini kegiatan operasi
pencarian ladang minyak baru sudah tidak
lagi gencar dilakukan dan lebih meningkatkan
kegiatan pengoptimalan produksi minyak dari sumur-sumur produksi yang telah ada
(Enhanced Oil Recovery). Masa eksplorasi merupakan suatu masa pencarian minyak
mentah berdasarkan data yang sudah ada. Tahap eksplorasi dibagi atas dua
metode, yaitu metode geologi (geological method) dan metode geofisika
(geophysical method).
a. Metode Geologi, terdiri atas :
1. Areal
Mapping.
2. Field
Geological Method.
3. Surface
Geolocial Method.
4. Palaentological
Method.
b. Metode
Geofisika, terdiri atas :
1. Magnetic
Method.
2. Gravity
Method.
3. Seismic Method.
2.4.2
Eksploitasi
Meski
potensinya masih sangat signifikan, sumber daya alam bukannya tidak terbatas.
Oleh karena itu, Pertamina EP telah menjalankan dengan sungguh-sungguh dan
berhati-hati upaya untuk meningkatkan produksi dan mengidentifikasi berbagai
cara memaksimumkan produktivitas dari area operasi yang telah ada. PT Pertamina
EP Asset 1 Field Rantau juga telah mengembangkan keahlian teknis dan pengalaman
dalam eksploitasi seperti: pengeboran sisipan, kerja ulang, stimulasi,
pembukaan kembali, reaktivasi sumur-sumur yang tidak produktif, perbaikan
fasilitas, percepatan pengembangan lapangan dan injeksi air.
Klasifikasi proses pengambilan minyak (Oil Recovery)
yaitu :
1. Primary Recovey
Pada
produksi awal suatu reservoir, produksi minyak dan gas bumi terjadi dengan
bantuan energi alamiah (natural Flow) yaitu produksi yang terjadi karena daya
dorong tenaga alam dan atau dapat pula karena pengangkatan buatan (artificial
lift) atau dengan bantuan pompa.
2. Secondary Recovery
Tekanan reservoir
makin lama semakin
rendah. Apabila tekanan reservoir sudah tidak efektif lagi
untuk mendorong fluida masuk ke dalam sumur produksi, maka saat itu sumur
tersebut membutuhkan energi tambahan salah satunya dengan injeksi Air (Water
Injection/ Water Flooding).
3. Tertiary Recovery
Terkadang
primary dan secondary Recovery tidak efektif lagi, padahal minyak masih cukup
banyak tergantung di dalam reservoir dan tersimpan di celah celah batuan atau
terikat pada batuan. Untuk melarutkan dan melepaskan hidrokarbon dari ikatannya
dengan batuan maka digunakan zat kimia yang biasa digunakan antara lain polimer
berat, surfactant, dan caustic. Setelah langkah ketiga ini, maka minyak yang
tertinggal dalam reservoir sudah tidak ekonomis lagi untuk diproduksi sehingga
sumur harus ditutup (end of field/ abandonment).
2.4.3.Produksi
Metode
pengambilan minyak/metode lifting yang digunakan di Pertamina EP Field Rantau
ada 4 jenis yakni secara natural flow, metode injeksi gas lift, sucker rod
pump, dan menggunakan ESP. Untuk meningkatkan dan mempertahankan laju produksi
maka dilakukan program penyuntikan air (Water Flooding) di lapangan Rantau. Air
yang digunakan untuk water flooding ini adalah air terproduksi hasil pemisahan minyak
dan air di Pusat Penampung
Produksi (P3). Untuk itu air ini diproses terlebih
dahulu di dalam WIP (Water Injection Plant) untuk menghilangkan senyawa-senyawa
kimia. Kemudian diinjeksikan kembali ke dalam sumur injektor air. Untuk
produksi gas hasil pemisahan minyak bumi pada separator disetiap SP masuk ke
scrubber untuk dibersihkan dan kemudian dialirkan melalui jalur piping yang
kemudian tergabung dengan jalur pipa gas SP lainnya masuk ke manifold HPCS
(High Pressure Compressor System). Dari HPCS ini gas kemudian ditekan dan
diinjeksikan kembali ke sumur-sumur injeksi gas. Dari 106 (data laporan Distrik I dan Distrik
II produksi tanggal 12 September 2017) yang ada di Field Rantau, jenis-jenis
sumurnya antara lain :
- Sumur
Gas Lift = 9 sumur
- Sumur
Sembur Alam = 5 sumur
- Electrical
Submersible Pump (ESP) = 16 sumur
- Sucker
Rod Pump (SRP) = 59 sumur
- Hydraulic
Pumping Unit = 16 sumur
- Sumur
Gas = 1 sumur
2.5
Sarana Penunjang Operasi Produksi
Sarana-sarana
yang menunjang operasi PT Pertamina EP Field 1 Rantau antara lain :
- Kompleks
Stasiun Pengumpul 10 buah dengan kapasitas 7.177,60 barrel.
- Kapasitas
Pusat Penampungan Produksi (P3) dengan kapasitas 76.775 barrel.
§ Beberapa
jalur pipa saluran masing-masing berdiameter 3 inchi, 4 inchi, 6 inchi, 8
inchi, piping minyak maupun jalur aliran gas.
§ Pompa
sentrifugal minyak di masing-masing Stasiun Pengumpul (SP) maupun di P3 yang
berfungsi sebagai pompa transfer minyak.
§ Pumping
Unit yang berada di sumur-sumur yang proses lifting minyaknya dengan memakai
metode sucker rod pump.
§ Reciprocating
Compressor yang berada di tiap-tiap Stasiun Pengumpul (SP) yang berfungsi
mengalirkan gas ke HCPS.
§ Reciprocating
Compressor yang berada di HCPS yang berfungsi untuk mengkompresikan gas untuk
diinjeksikan sumur minyak yang menggunakan metode gas lifting Separator di masing-masing SP
yang berfungsi sebagai pemisah antara liquid dengan gas.
§ Scrubber
di masing-masing SP yang berfungsi untuk memisahkan gas dari cairan
(pengeringan gas) sebelum masuk ke kompresor.
§ Tanki
penampung minyak di SP dan P3.
§ WIP
(Water Injection Plant) yaitu plant untuk memproses air hasil terproduksi
sebelum diinjeksikan ke dalam sumur injektor air.
2.6 Struktur
Organisasi dan Formasi Pekerja
PT.
Pertamina EP Asset 1 Field Rantau Asset 1 memiliki struktur keorganisasian
dimana Field Manager Rantau berada dibawah struktur keorganisasian dari General
Manager Asset 1. PT.Pertamina EP Rantau pada dasarnya memiliki 2 struktur
organisasi untuk menjalankan kegiatannya, yaitu organisasi utama dan organisasi
pendukung.
2.6.2. Organisasi Pendukung
Organisasi
pendukung merupakan organisasi yang bertugas mendukung segala kegiatan operasi
di lapangan tetapi memiliki tanggung jawab langsung ke masing-masing Manager
dari setiap bagiannya di Region Sumatra.
a. HR ( Human Resources )
Bagian
SDM bertugas mengurus berbagai macam kegiatan yang berhubungan dengan sumber
daya manusia seperti OJT, pelatihanpelatihan, dll. Bagian ini memiliki tanggung
jawab langsung kepada Manager SDM di Region Sumatra.
b. Bagian Finance
Bagian
keuangan bertugas mengurus segala kegiatan yang berhubungan dengan aliran uang.
Bagian keuangan memiliki tanggung jawab langsung ke Manager Finance di Region
Sumatra.
c. Supply Chain & General Service
Bagian
SC & GS mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan pengadaan
barang-barang yang dibutuhkan dalam berbagai macam proses seperti proses pengadaan
sumur, proses pengadaan suku cadang rotating tools, dll. Bagian SC & GS
bertanggung jawab langsung kepada Manager SC & GS di Region
Sumatra.Kemudian di bawah Field Manager Rantau ada posisi Asistant Manager
untuk masing- masing divisi yang ada di PT Pertamina EP Field Rantau Asset 1.
Secara skematis bagan diagramnya sebagai berikut :
GM ASSET
1
|
FM
RANTAU
|
SECRETARY
|
ICT ASISTANT MANAGER
|
SCM ASISTANT MANAGER
|
RECAL & RELATION ASISTANT
MANAGER
|
PRODUCTION
OPERATION ASISTANT MANAGER
|
HSSE ASISTANT MANAGER
|
RAM ASISTANT MANAGER
|
FINANCE ASISTANT
MANAGER
|
HR
ASSISTANT MANAGER
|
WORKOVER/WELL SERVICE
ASSISTANT MANAGER
|
PETROLEUM ENGGINERING ASISTANT MANAGER
|
OPERATION PLANING ASSISTANT MANAGER
|
Gambar
2.2. : Struktur Organisasi Dan Formasi Kerja
2.6.3 Kebijakan QHSSE PT.
PERTAMINA EP Asset 1 Rantau Field
|
BAB
III
HASIL
PENGAMATAN KERJA LAPANGAN
3.1
Pumping
Pengangkatan
Crude oil (minyak mentah) dari dalam sumur ke atas permukaan dapat dilakukan
dengan cara yaitu natural flow dan artificial lift. Dalam pengertiannya,
Natural flow merupakan proses pengangkatan minyak bumi tanpa adanya tenaga
bantuan atau dengan kata lain terangkat secara alami ke atas permukaan, hal ini
disebabkan karena tekanan resorvoir yang besar dari dalam sumur. Sedangkan
metode artificial lift merupakan pengangkatan yang dilakukan dengan bantuan
peralatan sebagai sumber tenaga, hal ini disebabkan karena rendahnya tekanan
resorvoir dari dalam sumur sehingga tidak mampu untuk mengangkat minyak bumi
secara alami.
Gambar 3.1: Pompa angguk pada sumur
minyak
3.2 Pompa Triplex
Pompa
triplex digunakan untuk memompakan minyak dari storage
tank menuju trucking. Terdapat dua pompa triplex,
yaitu pompa produksi dan pompa emergency.
3.3 Rig Pengeboran
Adalah
suatu instalasi peralatan untuk melakukan pengeboran kedalm reservoir bawah
tanah untuk memperoleh air, minyak atau gas bumi. Rig pengeboran minyak dan gas
bumi dapat digunakan tidak hanya untuk mengidentifikasi sikap geologis dari
reservoir tetapi juga untuk membuat lubang yang memungkinkan pengambilan kandungan
minyak atau gas bumi dari reservoir tersebut.
Fungsi
Drilling Rig adalah untuk melakukan pembuatan sumur baru,memperdalam sumur
lama, sertauntuk membuat percabngan sumur
1.Hoisting
System
Sistem
Pengangkat (Hoisting System) adalah
salah satudari antara komponen-komponen utama dari rig yang berfungsi untuk
membantu sistem alat-alat pemutar di
dalam mengebor sumur dengan menyediakan alat-alat yang sesuai serta ruang kerja
yang dibutuhkan untuk mengangkat dan
menurunkan drill sting,Sistem pengangkat terdiri dari 2 subbagian utama, yaitu :
Rangka pendukung
(Supporting Structure)
a.
Substructure adalah kontruksi baja yang
besar yang dibangun untuk menjadi dasar dan menunjang menara bor yang tingginya
ditentukan oleh kebutuhan pencegah semburan liar.
b.
Menara Pengeboran (Derrick/Mast) Fungsi
dari menara bor adalah untuk menyediakan ruang untuk mengangkat atau memasukkan
rangkaian pipa bor
Gambar 3.2 : Menara Rig Pengeboran
Jenis Rig Darat
3.4
Sistem tenaga listrik di PT Pertamina
Ep. Field Rantau
Sistem
tenaga listrik pada power plant di
PT.Pertamina Ep Feild Rantau terdapat lima engine generator yang berfungsi
untuk membangkitkan tenagalistrik. Output dari generator akan di tranmisikan ke
setiap loop, pada setiap loop tegangan yang di transmisikan 6,3 kv yang di
salurkan mengunakan kabel bawah tanah. Jumlah loop terdiri lima sebagai
berikut:
·
Loop 1
·
Loop 2
·
Loop 3
Pada setiap
stasiun pengumpul dan jalan akan di turunkan teganagan oleh tranformator yang
berkapasitas 200kvA dan pada setiap jalan tranformator berkapasitas 500kvA.
Pada power palnt terdapat panel loop tersebut.
Di
dalam Panel loop terdapat proteksi pengaman yang di sebut load sheeding. Load
sheeding adalah teknik pengontrolan pemutus atau pelepasan beban berdasarkan
prioritas apabila terjadi gangguan.Load sheeding berfungsi mendeteksi gangguan
bila Arus yang di butuhkan konsumen meningkat, otomatis frekuensi akan turun,
maka komponen pada load sheeding akan bekerja dan membuang beban agar generator
tidak padam.
Single line
diagram distribusi tenaga listrik di PT.PERTAMIANA EP FEILD RANTAU
Gambar 3.3 :
Single line diagram tenaga listrik
PT.PERTAMIANA EP FEILD RANTAU
Minggu
|
Tanggal
|
Kegiatan
|
1
|
4-7September 2017
|
Ø
Pengurusan Administrasi PKL
Ø
Pembekalan singkat mengenai proses hasil produksi MIGAS
Ø
Perkenalan dengan pembingbing
Ø
Berkunjung ke WTIP
|
8 September 2017
|
Ø
Peninjauan SPH
Ø
Peninjauan SP-1
|
|
8 September 2017
|
Ø
Pendataan bebab-beban listrik di SP-1
|
|
11 September 2017
|
Ø Menginput data laporan
|
|
2
|
12-13 September 2017
|
Ø
Perhitungan Jarak kabel sirene
Ø
Pembuatan gambar rangkaian melalui visio
|
14 September 2017
|
Ø
Pelaporan hasil perhitungan Jarak kabel sirene dan gambar
rangkaian.
|
|
20 September 2017
|
Ø Maintenance baterai di WTIP
|
|
21 September 2017
|
Ø Libur Tanggal merah
|
|
22 September 2017
|
Ø Diskusi Judul Laporan
|
|
3
|
25-26 September
2017
|
Ø Pengerjaan Laporan BAB I
|
27-28 September 2017
|
Ø Pengerjaan Laporan BAB II
|
|
29 September 2017
|
Ø
|
Tabel
3. 1
Jadwal Kegiatan Selama Kerja Praktek
BAB
IV
LANDASAN
TEORI
4.1 Deskripsi Lampu
Emergency
Gambar 4.1: Rangkaian lampu emergency
|
Lampu TL
60 W
|
AC 220V
|
Rangkaian
Emergency
|
|
Gambar 4.2 : Blok Diagram Lampu Emergency
|
Batterey
12V
|
4.2 Komponen Yang Digunakan
1. Kondensator
Kondensator atau
sering disebut sebagai kapasitor adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan
ketidak
seimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator
memiliki satuan yang disebut Farad dari nama MichaelFaraday. Kondensator
juga dikenal sebagai "kapasitor", namun kata"kondensator"
masih dipakai hingga saat ini. Berkenaan
dengan kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan listrik yang tinggi
dibanding komponen
lainnya. Kebanyakan bahasa dan negara yang tidak menggunakan bahasa
Inggris masih mengacu pada perkataan bahasa Italia"condensatore",
bahasa Perancis condensateur , Indonesia dan Jerman Kondensator
atau Spanyol Condensador.
2. Transistor
Transistor adalah
alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat,sebagai sirkuit pemutus dan
penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai
fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana
berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran
listrik yang sangat
akurat dari sirkuit sumber listriknya. Transistor
through-hole (dibandingkan dengan pita ukur sentimeter) Pada
umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang
dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2
terminal lainnya. Transistor adalah komponen yang sangat
penting dalam dunia elektronik modern. Dalam rangkaian
analog, transistor digunakan dalam amplifier
(penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara,
sumber listrik stabil, dan penguatsinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital,
transistor digunakan
sebagai saklar berkecepatan tinggi.
3. IC 555
IC
ini merupakan IC yang sering digunakan
pada rangkaian elektronika.IC ini didesain dan diciptakan oleh Hand R.
Camenzind pada tahun 1970 dan diperkenalkan pada tahun 1971 oleh Signetics.
Fungsi IC 555 :
Ø Timer
Ø Pulse Generator
Cara kerjanya:
Ø Bagian trigger, berfungsi untuk
memberikan triger atau perintah ke IC555 sebagai tanda proses
Ø Bagian THReshold, biasanya diberi
kapasitor dan resistor variabel untuk kecepatan waktu On-Off agar dapat diatur
sesuai keinginan.
4.3.
Fungsi Umum Lampu
Emergency pada Area Industri
Lampu Emergency suatu energi yang
mampu memperlancarkan segala kegiatan pada perindustrian agar operasional akan
tetap berjalan walaupun terjadi pemutusan sumber energi AC dari PLN. Dan untuk
memudahkan dalam pekerjaan diindustri.
BAB
V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil data ini
merupakan bahwa telah merencanakan pembuatan sebuah alat
yang Emergency Light ataupun Lampu darurat, yang akan di pasang pada Menara Hoist dan alat ini juga sangat bermanfaat
dalam kehidupan kita, khususnya pada saat keadaan mati lampu, alat
ini akan berfungsi secara otomatis tanpa harus dinyalakan secara manual,
alat ini
merupakan lampu cadangan disaat kita membutuhkannya. Dengan
pembuatan alat ini kita bisa waspada
pada saat Arus putus maka kita tidak perlu buru-buru untuk menyalakan Genset,
karna emergency akan bekerja secara Otomatis
5.2 SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka
penulis menyarankan :
1.
Untuk
memudahkan perusahaan membutuhkan lampu darurat pada Menara, agar disaat daya dari Genset mati maka lampu akan tetap
menyala.
2.
Lampu Menara
bisa juga digunakan dengan inverter tetapi kemungkinan tidak bisa bekerja
Otomatis